Salah satu rempah-rempah hasil kekayaan negara kita adalah cengkeh. Cengkeh banyak macam dan jenisnya. Agak sulit membedakan jenis-jenisnya. Rempah dengan rasa manis pedas ini sudah lama menjadi salah satu jenis tanaman multi guna. Jika sudah diolah menjadi sebuah minyak atsiri harganya langsung melonjak tinggi.
Dari sebuah hasil penelitian, minyak cengkeh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang dapat diperoleh dari bunga, tangkai atau gagang bunga dan daun cengkeh. Kandungan minyak atsiri bunga cengkeh mencapai 21,3% dengan kadar eugenol antara 78 – 95%, sementara dari tangkai atau gagang bunga mencapai 6 % dengan kadar eugenol antara 89-95% dan dari daun cengkeh mencapai 2 – 3% dengan kadar eugenol antara 80 – 85%.
Cengkeh termasuk suku Myrtaceae yang banyak ditanam di beberapa negara termasuk Indonesia. Hingga kini Indonesia menjadi pemasok terbesar cengkeh dunia. 65 persen kebutuhan cengkeh dunia berasal dari tanah air.
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dengan cara penyulingan, ekstraksi dengan pelarut dan ekstraksi dengan lemak padat. Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berupa cairan atau kepadatan dari dua macam campuran, berdasarkan perbedaan titik uapnya. Proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut terhadap air.
Metode penyulingan ada tiga macam; penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap dan air, dan penyulingan dengan uap langsung. Ektraksi adalah salah satu metode operasi yang dipakai dalam proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa bahan solven sebagai tenaga pemisah.
Ekstraksi dengan lemak padat. Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengestraksi bunga-bungaan, dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut.
Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah heksana dan benzena. Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana mempunyai sifat stabil dan bersifat mudah menguap, sehingga pelarut tersebut sangat baik digunakan dalam proses ekstraksi, khususnya untuk proses ekstraksi bunga.
Menggunakan pelarut ini sangat menguntungkan. Karena bersifat selektif dalam melarutkan zat, proses ini menghasilkan sejumlah kecil lilin, albumin dan zat warna, namun dapat mengekstraksi zat pewangi dalam jumlah besar.
Benzena juga dikenal dengan nama C6H6. Senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau manis. Dibandingkan dengan heksana, benzena biasanya menghasilakan jumlah mutlak yang lebih besar, akan tetapi mengandung fraksi lilin, serta albumin dan zat warna dalam jumlah lebih besar.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa heksana lebih banyak digunakan untuk mengekstraksi minyak bunga bernilai tinggi. Sedangkan benzena dipakai untuk mengekstraksi minyak yang mempunyai nilai lebih rendah.
Tahapan ekstraksi diawali dengan mengeringkan bunga cengkeh. Caranya dijemur di bawah sinar matahari selama seminggu. Setelah itu, dikeringkan dan ditumbuk sampai halus. Bunga cengkeh diekstraksi menggunakan soxhlet dengan 100 ml pelarut pada suhu didih selama 15 siklus (-/+ 80 menit).
Hasilnya, rendemen ekstrak bunga cengkeh dengan pelarut heksana sebesar 17,61% dan kadar eugenol 65,02%. Sedangkan dengan menggunakan pelarut benzena, rendemen ekstraks bunga cengkeh sebesar 18,90% dan kadar eugenol 8,81%.
Ekstraksi minyak atsiri bunga cengkeh dengan menggunakan pelarut heksana relatif lebih baik karena memberikan kadar eugenol lebih besar daripada pelarut benzena.
Rendaman yang diperoleh dari minyak atsiri bunga cengkeh melalui ekstraksi soxhlet menggunakan pelarut heksana dan benzene serta mengetahui pelarut yang lebih baik antara heksana dan benzena untuk menghasilkan eugenol terbesar.
Alat utama yang digunakan adalah ekstraktor soxhlet. Bunga cengkeh dalam soxhlet diekstraksi dengan 100 ml heksana pada suhu 150-160 derajat celcius sampai warna pelarut menjadi seperti semula.
Setelah dilakukan proses ekstraksi, diperoleh filtrat minyak bunga cengkeh. Filtrat kemudian dimurnikan dengan ekstraktor soxhlet pada suhu 150-160°C sampai pelarutnya tidak menetes lagi dan diperoleh minyak bunga cengkeh murni.
Untuk pengambilan minyak bunga cengkeh menggunakan pelarut benzena, prosedur kerja yang dilakukan sama seperti prosedur di atas.
Pada percobaan ekstraksi minyak bunga cengkeh (Clove Oil) dengan pelarut heksana dan benzena meliputi tahapan yaitu meliputi: perlakuan bahan, proses ekstraksi minyak bunga cengkeh, proses pemurnian minyak dan hasil produknya.
Pada proses perlakuan bahan, bahan yang digunakan adalah bunga cengkeh tua dan kering, penggunaan bahan yang tua karena kandungan minyak atsirinya lebih banyak daripada bahan yang muda serta mengandung kadar air yang rendah.
Penggunaan bahan yang kering bertujuan agar kadar air dalam bunga cengkeh berkurang sehingga pada ekstraksi bunga cengkeh dapat menghasilkan minyak bunga cengkeh yang relatif banyak.
Bahan kemudian ditumbuk sekecil mungkin agar minyak dapat terambil sempurna pada proses ekstraksi dan laju penguapan minyak atsiri dari bahan menjadi cukup cepat. Proses ekstraksi dan pemurnian minyak bunga cengkeh menggunakan alat ekstraktor soxhlet karena untuk efisiensi waktu, kemudahan dalam perangkaian alat, dan proses pengambilan pelarutnya yang relatif banyak.
Sayangnya, teori yang sudah umum ini tidak diikuti dengan manajemen pemasaran yang baik. Hasil minyak cengkeh belum tertata dalam suatu system. Masih sedikit koperasi yang menanganinya. Proses pemasaran masih manual.
Petani menjual minyak cengkeh yang dihasilkan ke pengepul di desa atau di kota kecamatan. Selanjutnya pengepul kecamatan menjual ke pedagang di kota kabupaten atau provinsi. Sistem pemasaran seperti inilah yang menyebabkan harga minyak cengkeh di tingkat petani menjadi rendah.
Selain itu, transportasi menjadi kendala utama dalam pemasaran minyak cengkeh di Maluku sehingga biaya usaha tani menjadi tinggi.
Indonesia merupakan pemasok utama minyak cengkeh untuk pasar India dan Arab Saudi. Kekurangan kebutuhan dinegara tersebut dipasok oleh Zanzibar, Madagaskar, dan Sri Lanka.
Minyak cengkeh Indonesia juga dipasarkan ke Vietnam, Pakistan, Bangladesh, Amerika dan Uni Emirat Arab. Berdasarkan ketersediaan bahan baku, teknologi, nilai jual, peluang pasar minyak cengkeh dan turunannya, kesempatan kerja dan peningkatan pendapatanmasyarakat, minyak cengkeh berpeluang dikembangkan di Provinsi Maluku dan Maluku Tenggara.
Pengembangan tanaman cengkeh dapat dilakukan melalui pendekatan sektor hulu dan hilir. Pada sektor hulu, kebijakan lebih diarahkan pada peningkatan produktivitas dan mutu produk cengkeh. Sedangkan pada sektor hilir lebih ditekankan pada peningkatan nilai tambah dengan mengolah daun cengkeh gugur menjadi minyak daun cengkeh kasar (crude clove leaf oil).
Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, jumlah daun yang gugur dari tanaman cengkeh umur lebih dari 10 tahun mencapai 0,5 Kg/pohon/minggu dengan rendemen minyak 2%. Dengan rata-rata penutupan tajuk (kanopi) 60% dan populasi tanaman100 pohon/ha (polikultur). Pengolahan minyak daun cengkih akan menjadipeluang usaha yang menguntungkan.
tidak ada perbedaan nyata antara kadar minyak daun cengkih tipe Zanzibar, Sikotok, dan Ambon. Namun, kadar minyak daun muda cenderung lebih tinggi daripada daun tua dan daun gugur. Pada tipe Zanzibar, kadar totaleugenol pada daun gugur lebih rendahdibanding daun tua dan daun muda. ***